Selasa, 07 Juli 2009

Kesempatan Yang Berharga

Apabila anda ingin mengetahui berapa harga sebuah nyawa, bertanyalah kepada seseorang yang berhasil selamat dari sapuan gelombang tsunami.

Apabila anda ingin mengetahui berapa harga sebuah kesehatan, bertanyalah seseorang yang semasa hidupnya menderita lumpuh total.

Apabila anda ingin mengetahui harga dari sebuah masa muda, bertanyalah kepada seorang kakek-kakek yang setiap harinya mengemis di pinggir jalan.

Apabila anda ingin mengetahui berapa harga sebuah kekayaan, bertanyalah kepada seseorang yang rumahnya habis terbakar.

Apabila anda ingin mengetahui berapa harga sebuah ilmu, bertanyalah kepada orang tua yang buta aksara.

Apabila anda ingin mengetahui harga dari sebuah pertolongan, bertanyalah kepada seseorang yang selamat dari musibah tenggelamnya sebuah kapal.

Apabila anda ingin mengetahui harga dari sebuah perjuangan, bertanyalah kepada orang tua yang hidup miskin dan memiliki beberapa anak yang menderita cacat mental.

Apabila anda ingin mengetahui harga dari sebuah maaf, bertanyalah kepada seorang anak yang tega membunuh orang tuanya.

Apabila anda ingin mengetahui harga dari sebuah pekerjaan, bertanyalah kepada seseorang yang baru saja menjadi korban PHK.

Apabila anda ingin mengetahui harga dari sebuah keluarga, bertanyalah kepada seorang anak yang ditinggal mati kedua orang tuanya.

Apabila anda ingin mengetahui harga dari sebuah persahabatan, bertanyalah kepada seseorang yang selalu dijauhi orang lain karena memiliki keterbatasan.

Apabila anda ingin mengetahui harga dari sebuah karya, bertanyalah kepada seorang pelukis yang tidak memiliki dua buah tangan.

Kesempatan adalah sesuatu yang sulit atau mungkin tidak bisa diukur dengan apapun, maka dari itu manfaatkanlah kesempatan itu dengan baik "mumpung padang rembulane, mumpung jembar kalangane".

Sabtu, 04 Juli 2009

Sholat Mayyit

Suatu hari, di sebuah aula Ponpes yang sangat luas, dihiasi beberapa santri yang sedang tidur, ada dua orang santri sedang berbicara masalah sholat mayyit:

Santri 1: " Kang kamu tau nggak, kenapa kalo kita sholat mayyit kok nggak ada ruku' sama sujudnya?"

Santri 2: "Kalo nanti kita tinggal ruku' atau sujud, dikhawatirkan mayyitnya akan dibawa kabur sama pencuri. Terus kalo sudah gitu yang kita sholati siapa donk?"

Santri 1: "Oooooo... ya juga ya, nanti kalo kejadiannya begitukan sholat mayyitnya nggak jadi, malah jadinya morat-marit."

(Selang beberapa detik kemudian)

Santri 1: "Itukan kalo ada yang mencuri, kalo gak ada gimana, apa boleh kita malakukan ruku' dan sujud?"

Santri 2: "Ya tetep nggak boleh donk, nanti kalo mayyitnya melarikan diri secara sembunyi-sembunyi gimana?"

Santri 1: "Emang ada mayyit seperti itu?"

Santri 2: "Bisa aja kan kalo mayyitnya takut mau ketemu sama Malaikat. Jadi dia melarikan diri umtuk bersembunyi."

(Selang beberapa saat kemudian)

Santri 1: "Kalo mayyitnya nggak takut sama Malaikat, kita boleh melakukan ruku' dan sujud nggak?"

Santri 2: "Ya masih tetep nggak boleh donk. Kalo kita melakukan ruku' atau sujudkan memakan waktu yang lama, nanti mayyitnya bisa marah , soalnya diakan ingin segera beristirahat dengan tenang. Jadi kalo kita sholat mayyit ya harus cepet gitu, biar mayyitnya bisa cepet sampai di tempat peristirahatan terakhir."

Santri 1: "Tapi kan sholatnya bisa dipercepat walaupun kita melakukan ruku' dan sujud."

Santri 2: "Itu malah tambah nggak boleh lagi, karena bisa memakan korban. Nanti, kalo sholatnya dipercepat, bisa jadi 70% lebih jidatnya para jama'ah akan kepentok lantai masjid saat sujud. Selain bisa merusak lantai Masjid, rasanya kan sakit minta ampun, apalagi kalo sampai ada yang nggak tertolong, gimana tuh jadinya?"

Santri 1: "Jadinya ya bukan sholat mayyit lagi, tetapi berubah menjadi sholat maut."

Santri 2: "Seterah, sak karepmu..............................................!

Kemudian santri- santri yang sedang tidurpun terbangun dan memarahi dua orang santri yang sedang beradu argument tersebut, dikarenakan keduanya dianggap sebagai biang keributan di Ponpes tersebut karena sering berdebat tidak jelas. Beberapa waktu lalu mereka sudah diluluskan dari menimba ilmu di Ponpes tersebut, namun mereka berdua tetap bersikukuh untuk tetap tinggal dan menimba ilmu di Ponpes tersebut. Karena itulah, santri-santri yang lain merasa terganggu dengan keberadaan mereka berdua. (Sebenarnya, mereka berdua terpaksa diluluskan karena sudah tidak ada lagi yang sanggup mengajarkan ilmu agama kepada mereka berdua. Terakhir, ada seorang ustadz yang hampir gila karena menangani kedua santri tersebut. Untung saja ustadz tersebut segera mendapat arahan dari Romo Kyai untuk segera mengasingkan diri alias bertapa di Gunung Kelud agar jiwanya tenang kembali)

Kamis, 02 Juli 2009

Akhir Hayat Seorang Ahli Shalawat

Dahulu, di masa pemerintahan Sayyidina Umar RA, hiduplah seorang laki-laki yang kaya raya. Laki-laki tersebut juga dikenal sebagai orang yang berperilaku buruk. Namun, di sisi lain dia memiliki kegemaran/hobi yang mulia, yaitu membaca sholawat Nabi SAW. Kepada hobinya itu, dia bahkan tidak pernah lupa ataupun menguranginya. Dengan kata lain, dia bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW secara rutin dan terus-menerus.

Ketika dia berada di ujung usia, wajahnya berubah menjadi sempit dan hitam, sehingga orang-orang yang melihatnya akan merasa takut. Dan di saat dia berada di dalam samudra kematian (sesaat sebelum meninggal dunia) diapun berteriak: "Wahai Abul Qosim (salah satu nama panggilan Rasululloh SAW) aku sungguh mencintaimu dan akupun memperbanyak bersholawat kepadamu." Belum sampai selesai berteriak, tiba-tiba ada seekor burung yang turun dari langit. Lalu burung itu mengusap wajah laki-laki tersebut dengan sayapnya, sehingga secara ajaib wajahnya berubah menjadi putih dan badannya mengeluarkan bau yang semerbak seperti harumnya minyak misik. Akhirnya laki-laki tersebut meninggal dunia dalam keadaan memeluk agama Islam (membawa iman).

Kemudian, di saat jenazah laki-laki tersebut sampai di pemakaman dan dimasukkan ke dalam liang lahat, tiba-tiba terdengar suara yang berasal dari langit: "Sesungguhnya di dalam kubur ini hanya ada lembaran kain kafan dari hamba ini (laki-laki yang ahli sholawat tersebut). Dan sesungguhnya sholawat Nabi yang biasa ia baca telah mengambilnya dan membawanya ke dalam Surga." Mendengar suara itu, orang-orang yang hadir dalam acara pemakaman tersebut merasa takjub.

Kemudian, pada suatu malam ada seseorang yang bermimpi melihat laki-laki tersebut sedang berjalan melayang di antara langit dan bumi sambil membaca ayat Al-Qur'an: "INNALLOOHA WAMALAAIKATAHUU YUSHOLLUUNA 'ALANNABI. YAA AYYUHALLADZIINA AAMANUU SHOLLUU 'ALAIHI WASALLIMUU TASLIIMAA."

Itulah kisah nyata yang sangat menakjubkan dari seseorang yang berkelakuan buruk, namun orang tersebut sangat rajin bersholawat kepada Raslulloh SAW, hingga akhirnya di ujung perjalanan hidupnya, dia mendapatkan ni'mat yang sangat agung, Subhanalloh.

Kisah ini dinukil ( diambil) dari kitab "Durrotun Nasihin".

MUTIARA HIKMAH

Hikmah adalah mutiara yang kita tidak tahu kapan kita akan menemukannya walaupun dasar lautan telah kita selami.

Kehidupan adalah perjalanan mencari kematian.

Penderitaan adalah cinta yang terasa berbeda.

Janganlah engkau merasa aman berada dalam persembunyian, karena sungguh kematian telah terlebih dahulu berada di tempat itu.

Kemiskinan dan keterbatasan adalah jalan bukan jeratan.

Kadang kesalahan yang kita lakukan bisa jadi adalah awal dari sebuah kebaikan.

Jika engkau tidak tahu siapa yang memakaikan mahkota di kepalamu, maka berbahagialah dengan segala penderitaan yang akan menimpamu.

Kuburlah dirimu di dalam kesunyian, maka cahaya keikhlasan akan memancar dari dalam hatimu.

Memaafkan adalah hal yang berat apabila dilakukan, namun akan memberatkan apabila tidak dilakukan.

Ketika hati menghilang dari kenyataan, tiada yang akan dilihatnya melainkan keindahan.

Orang-orang gila yaitu orang-orang yang menghinakan dunia beserta seluruh isinya dan mereka tenggelam di dalam samudra kekaguman.

Bersyukur adalah benda berharga yang tidak dimiliki oleh setiap orang.

Tujuan hidup kita di dunia ini cuma hanya ada satu.

Saat iniorang-orang tengah terpukau dengan keindahan dunia, dan setelah itu mereka akan dihadapkan dengan situasi yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Rabu, 01 Juli 2009

SYIFA'UL FU'AD

Syaikh Musthofa Al-Gholayayni pernah berkata:
"Amal itu laksana raga dan ikhlas itu adalah jiwanya."

Syaikh Abdul Qodir Al-Jiylani pernah berkata:
"Janganlah kalian suka atau membenci seseorang kecuali setelah mencocokkan perbuatan mereka dengan Alqur'an dan Hadits. Supaya kalian tidak menyukainya atau membencinya dengan hawa nafsu."

Sayyidina Umar RA pernah berkata:
"Sering-seringlah untuk mengingat ALLAH karena itu adalah obat. Dan jauhilah ghibah (menggunjing) karena itu adalah penyakit."

Imam Ghozali pernah berkata:
"Ketahuilah bahwasanya Agama itu memiliki dua bagian. Yang pertama ialah meninggalkan larangan dan yang terakhir adalah menjalankan ta'at. Menjauhi larangan itu lebih berat. Kalau melaksanakan ta'at semua orang itu mampu, sedangkan meninggalkan kesenangan (maksiat, red) itu tidak ada yang mampu kecuali Shiddiqun.

Syaikh Al-Awza'i berkata:
"Tidak ada sesuatu yang lebih dibenci ALLAH dari pada seorang 'alim yang mengunjungi seorang 'amil (pemerintah/penguasa, red)."

Sayyidina Abu Dzarr RA pernah berkata:
"Menyendiri itu lebih baik dari pada perkumpulan yang jelek, sedangkan perkumpulan yang baik itu lebih baik dari pada menyendiri."

Imam Romli pernah berkata:
"Hakikat tawakkal itu meninggalkan ketergantungan kepada selain ALLAH."

Imam Ghozali pernah berkata:
"Jagalah qolam (pulpen, red) dari apapun yang diwajibkan untuk menjaga lisan."

Shohib At-Ta'rifat pernah berkata:
"Zuhud itu membenci dunia dan berpaling darinya."

Syaikh Sulaiman Aljamal pernah berkata:
"Sabar meninggalkan maksiat adalah ta'at."

Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya'roni pernah berkata:
"Urwah bin Zubair RA pernah berkata: "Biasakanlah diri kalian untuk bersikap tawaadhu', karena sesungguhnya tawaadhu' itu adalah ni'mat yang agung dan tidak ada orang yang iri akan ni'mat itu."

Syaikh Abu Abdillah Al-Mazini pernah berkata:
"Barang siapa yang tidak memandang kepada orang-orang ahli maksiat dengan mata rohmah (belas kasihan) maka orang tersebut telah keluar dari jalan kebenaran."

Imam Ghozali pernah berkata:
"Setiap orang yang menganggap dirinya lebih baik dari salah satu makhluk ALLAH adalah orang yang sombong."

Syaikh Asy-Syaddzili pernah berkata:
"Biasakanlah untuk meminta ampunan kepada ALLAH walaupun engkau tidak memiliki dosa."

Imam Syafi'i pernah berkata:
"Barang siapa yang dipancing kemarahannya dan ia tidak marah, maka sama saja antara dia dan himar. Dan barang siapa yang dimintai keridhoannya dan ia tidak mau meridhoi, maka sama saja antara dia dan syetan."

Syaikh Ibnu Al-Mubarok pernah berkata:
"Andaikan berbicara dalam rangka ta'at kepada ALLAH itu bagaikan perak, maka diam untuk menjaga agar tidak maksiat kepada ALLAH itu ibarat emas."

Syaikh Ahmad bin 'Athoillah pernah berkata:
"Janganlah engkau bergembira lantaran ta'at itu berasal darimu, namun bergembiralah lantaran ta'at itu berasal dari ALLAH untukmu."

Robi'ah Al-Adawiyyah pernah berkata:
"Andai kata mati itu dijual, maka aku orang yang pertama kali membelinya karena ingin segera berjumpa dengan Allah lebih dekat lagi."

Syair Jawa

Urip iku sakwetara
Dadi wong kudu waspada
Sebab syetan seneng goda
Wong kang lali ing Pencipta

Ngamal apik akehana
Ojo nganti siro gela
Sebab pangkat banda donya
Ora bisa nebus siksa

Iki mongso meh kiamat
Akeh wong podho maksiat
Ora sugeh ora melarat
Podho lali ing akhirat

Iki zaman nekak gulu
Ora cetho kok diluru
Yen dipikir malah ngelu
Luwih apik ojo melu

Iki pancen zaman akhir
Akeh manungso lali pinggir
Opo podho ora mikir
Bakal ngadep Munkar Nakir

Mugi ALLAH nylametake
Kito saking fitnah-fitnahe
Mugi kerso dadosake
Kito ahli Suwargane

(KOSONG)

Ku terdiam dalam kesunyian hati
Terpaku pada satu angan yang terpatri
Suara-suara yang mengundang
Mengusik ketenangan
Menggetarkan jiwa-jiwa yang kelam
Dalam satu tiupan angin
Suara itu hilang entah kemana
Tinggalkan rasa yang belum pernah ku rasakan
Akupun tenggelam dalam samudra hati
Yang bertabur mutiara-mutiara kusam
Ku harus pergi ke suatu tempat
Untuk mencari sinar mentari
Akhirnya.....
Diriku keluar dari kegelapan
Yang selama ini ku selami
Tapi tak pernah ku dapat sesuatu yang hakiki
Selama ini ku tak tahu di mana ku berada
Hanya dapat melakukan apapun
Yang terlihat dalam kebutaan hati
Akhirnya.....
Ku dapat merasakan keindahan
Yang belum pernah ku rasakan
Dan meninggalkan angan
Yang berkabut dalam hati
Hampa kini telah pergi
Senangpun datang menemani
Kini ku harus menepati janji
Yang bersemayam dalam hati
Ku harus menyusuri jalan berliku
Dan mendaki tebing yang tinggi
Tebing terjal itu adalah jalan lurus
Yang harus ku tapaki dengan hati tulus
Untuk mendapatkan sesuatu yang dijanjikan
Tanpa mengharap bahwa itu kan ku dapatkan
Hingga saatnya nanti
Ku berada dalam sepi